Minggu, 30 Mei 2010

Photography

Hmm.. suka banget sama yang namanya liat gambar, lukisan or foto2 yang keren, unik, n bagus2.. obyek yang paling gw suka pemandangan.. pantai; tempat2 yang unik; sunset n sunrise; gedung2 dari sudut or sisi yang gak biasa; animal; human emotion, expression n interaction; n foto hitam putih..

Kemarin, temennya Yulia yg kebetulan BBMnya gw add, ada tanya.. foto profil di BBM gw pantai melulu, memang gw suka n sering jalan2 yah... terus gw ada jawab itu foto ambil di internet.. hehehe.. pantesan bagus2 fotonya kata dia.. hehehehe.. suka jalan2nya iyah, tp seringnya ngga.. =p

Pengen banget travelling, ke tempat2 baru yang lom pernah gw datengi, ambil foto2.. tp lom ada yang mau di ajak.. hehehehe.. Yulia ada bilang after bulan juni dia baru bisa plan jalan2.. hmm.. mesti gw bujuk2 terus supaya dia nepatin janjinya.. hehehe..

O iyah, niy ada foto yang gw ambil di tol pas pulang nganter koko gw ke bandara..

              

   






Niy juga ada foto yg gw ambil pas lg nunggu nasabah di daerah Patung Petani..










Hehehehe.. masi keliatan amatirnya yah... enjoy it..


verve vine

Selasa, 11 Mei 2010

Mulut Yang Usil

Di padang gurun yang sangat panas...... Seorang kakek dan cucunya yang masih kecil berjalan bersama untanya menuju sebuah kota untuk menjual barang-barang mereka. Mereka bertiga terus berjalan, melewati kota demi kota dalam perjalanan tanpa kenal lelah untuk berdagang. Sang cucu begitu bersemangat karena ini adalah pertama kalinya ia keluar dari ladang menuju kota. Banyak sekali pertanyaan yang ia lemparkan kepada sang kakek. Terjadilah percakapan antara cucu dan sang kakek.

Cucu: Kakek, seperti apakah kota itu?
Kakek: Ramai dan penuh warna.
Cucu: Seperti apakah yang dimaksud dengan penuh warna?
Kakek: Karena penuh dengan berbagai jenis manusia.
Cucu: Apakah ada banyak anak-anak sepertiku?
Kakek: Betul, banyak sekali.
Cucu: Apakah banyak juga kakek-kakek seperti kakek?
Kakek: Cukup banyak.
Cucu: Apakah mereka juga berambut putih seperti kakek?
Kakek: Nak, hari ini adalah hari yang istimewa. Kakek ingin memberi sedikit pelajaran yang luar biasa buatmu.
Cucu: Waw! Apakah itu?
Kakek: Ini kejutan, dan ada syaratnya. Mampukah kamu bertahan?
Cucu: Apapun Kek, apapun syaratnya aku mau.
Kakek: Baiklah, syaratnya adalah kau tutup mulutmu, bukalah telingamu lebar-lebar selama perjalanan ini hingga kita sampai kerumah. Bisa kaan?
Cucu: Bisa kek.

Mereka berjalan menuju kota pertama, Kakek dan Cucu menuntun untanya. Mereka berdua berjalan kaki menuntun unta. Memasuki kota pertama, tampaklah serombongan para pedagang yang sedang berdagang. Ketika melihat Kakek dan Cucunya menuntun unta, mereka menertawakan Kakek dan Cucunya. "Kakek dan cucu yang bodoh sekali, punya unta kok jalan kaki. Baru lihat orang sebodoh ini."

Lalu berjalanlah Kakek dan Cucunya menuju kota kedua. Ketika itu sang cucu begitu lelahnya, hingga ia memutuskan untuk menunggang unta sementara Kakek menuntun unta. Ketika memasuki kota kedua untuk berdagang, ada para penduduk yang sedang berkumpul rapat dewan kota. Ketika melihat rombongan cucu-kakek-unta ini lalu berkata-kata satu dengan yang lainnya, "Dasar cucu tidak tahu diri, kasihan sekali kakek itu, diisuruh jalan kaki menuntun unta sendirian. Cuaca kan panas, benar-benar cucu yang tidak berbakti!"

Lalu sesudah berdagang di kota kedua berangkatlah mereka ke kota ketiga. Kali ini Kakek begitu lelah, bertukar tempatlah mereka. Kali ini Kakek menunggang unta, sementara Cucu menuntun untanya. Memasuki kota ketiga, seperti di kota pertama ada pula gerombolan penduduk yang sedang bersantai-santai. Ketika melihat rombongan cucu-kakek-unta ini mereka berkata-kata satu dengan yang lainnya, "Dasar kakek gila! Kasihan sekali anak kecil itu, disuruh jalan kaki seharian nuntun unta. Sudah bau tanah saja masih seperti itu. Kakek yang kejam!"

Sesudah berdagang di kota ketiga berangkatlah mereka ke kota terakhir. Saat ini Kakek dan Cucunya begitu lelah, mereka berdua menunggang punggung unta tersebut karena barang dagangan sudah tinggal sedikit. Memasuki kota terakhir, seperti di kota pertama ada pula gerombolan penduduk yang sedang arisan. Ketika melihat Kakek dan Cucunya menunggang unta, mereka berkata-kata satu dengan yang lainnya, "Ga Kakek, ga Cucu... Sama saja, ga punya belas kasihan. Kasihan banget si unta, disuruh bawa barang, sekaligus juga dikendarai. Benar-benar jahat sekali."

Hari menjelang senja, Kakek dan Cucunya berjalan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Cucu hanya terdiam berpikir keras. Terjadilah percakapan lain dalam perjalanan pulang mereka.

Kakek: Nak, apakah ada yang mengganggu pikiranmu?
Cucu: Aku bingung Kek.
Kakek: Tentang apa?
Cucu: Tentang orang-orang tadi, mengapa mereka mengata-ngatai kita?
Kakek: Orang tadi mengata-ngatai apa?
Cucu: Kita disebut bodoh, aku disebut cucu tidak berbakti, dan Kakek disebut kejam, bahkan terakhir kita disebut jahat.
Kakek: Lalu mengapa?
Cucu: AAAH!!! Kakek koq begitu? Mengapa Kakek menerima saja kita dicap seperti itu?
Kakek: Wah, rupanya kamu belum belajar, Nak.
Cucu: .......... Belajar apa?
Kakek: Pertanyaan Kakek padamu adalah, apakah kita bodoh? Apakah kau cucu tidak berbakti? Apakah aku kejam? Apakah kita jahat seperti yang mereka katakan?
Cucu: .............. Tidak.............
Kakek: Kalau kita tidak seperti apa yang mereka katakan, mengapa kita harus peduli dengan apa yang mereka katakan?
Cucu: .......................................(menghela nafas, karena masih belum bisa mencerna kata-kata kakek).
Kakek: Lalu soal perkataan mereka, dari mulut siapakah itu berasal?
Cucu: Dari mulut mereka! (setengah marah, karena masih mengingat apa yang sudah terjadi).
Kakek: Lalu itu artinya hak mereka mau bilang apa tentang kita. Mampukah kita mengatur apa yang akan mereka katakan tentang kita? Apakah kita bisa memaksa mereka untuk terus memperkatakan hal-hal manis tentang kita? Dan bukanlah urusan kita mempedulikan apa omongan mereka, karena apa yang mereka omongkan merupakan urusan mereka dengan tuhan mereka. Biarlah kita menjaga diri kita berjalan sesuai dengan jalan Tuhan kita.
Cucu: ..................(tertegun dan terus berpikir menuju pencerahan)

Moral kisah ini:

Kalau kita tidak seperti yang mereka gosipkan, tidak perlu kita menggubris perkataan mereka. Nikmati hidup saja dan bersukacita. Tidak perlu kita sampai sakit hati, jantung jadi sesak, otak jadi pusing, tidak bisa tidur, stress memikirkan hal yang tidak perlu. Adalah hak mereka untuk menggunakan mulut dan lidah mereka.

Sisi positifnya adalah Anda tidak butuh tim promosi mempromosikan ketenaran Anda bukan? No matter what you do, people have their own opinion regardless how sincere you do it. Tidak peduli apapun yang Anda lakukan, orang-orang memiliki pendapat mereka sendiri tak peduli seberapa tulus Anda melakukan apa yang Anda lakukan. Maka lebih baik Anda mengecek hati Anda sendiri saja daripada mengurusi omongan orang lain yang tidak ada habisnya. Hidup ini simple alias sederhana, janganlah dibuat rumit.


Sumber: K-Ray Cahyad

Jumat, 07 Mei 2010

Kursus Nyetir Mobil

Hari ini jam 3 sore, jadwal gw kursus nyetir mobil untuk pertama kalinya..Whuaaaa… deg..deg..deg… jantung derasanya deg2an bgt, lom apa2 dah keringetan.. apalagi gw juga lom bisa bawa motor.. lom ada pengalamn sama sekali dijalanan..

Mas Fahmi, guru nyetir gw bilang santai ajah.. hehehe.. ngomong doank c gampang, prakteknya booo.. tp gw excited bgt.. n ternyata nyetir mobil itu gampang2 susah.. kalo dah biasa pasti lebih gampang.. (sotoy bgt yah gw?, hehehehe..)

Tiap mindahin gigi, kopling harus diinjek ampe abis, gas di lepas.. tiap ngerem mobil ampe berhenti, kopling harus diinjek abis sambil injek rem, karena kalo kopling gak diinjek sedangkan gigi nggak dalam posisi netral, mesin mobil bisa mati mendadak..

Kalo ngerem untuk mengurangi kecepatan di jalan biasa ajah gak usah injek kopling, gas di lepas n injek rem dikit.. kalo ngerem pas polisi tidur, kopling injek setengah, rem dikit ajah.. hehehehe.. kalo ngerem pas lampu merah (berhenti agak lama), injek kopling ampe abis, injek rem ampe abis, pindahin gigi ke posisi netral supaya mesin mobil nggak mati..

Kalo mo mundur, pake gigi r, maen kopling n rem ajah..

Whuaaa.. jadinya gak sabar niy.. pengen cepet2 belajar lagi supaya cepet bisa bawa mobil sendiri.. hehehehe =)

Alasan kenapa gw harus bisa bawa mobil sendiri:

1.supaya gak tergantung sama orang lain.. kemana-mana minta tolong supir nganterin..

2.supaya bisa nganterin mama n papa kemana ajah, tempat yang mereka mau kunjungi sesuka mereka..

3.supaya bisa pergi prospek bareng or follw up bareng sama ciciku naik mobil, jadi ciciku gak kepanasan lagi di jalan n gak pusing mikirin bis adanya ampe jam berapa.. hehehehe…

4.supaya bisa jalan2 sama teman2ku tersayang naik mobil, supaya mereka juga seneng n nyaman..

5.supaya pas ke tempat nasabah, keliatan lebih rapi karena gak keringetan n rambut gak awut2an ketiup angin.. hehehe..

6.n balik ke poin 1, supaya bisa lebih irit, gak bayar supir, hehehehe…. =P

hmmm… wish me luck u sesi kursus berikutnya.. hehehehe..


verve vine

Minggu, 02 Mei 2010

Bunga Cantik di Pot Retak (mengharukan)

Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal di lantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.

Suatu petang di musim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya. “Lho, dia ini juga hampir Cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun,” pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh…!

Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.” Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.

“Aku rasa mungkin karena wajahku .. Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi…”

Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku: “Oh aku bisa tidur di kursi goyang di luar sini, di beranda samping ini. Toh bis ku esok pagi juga sudah berangkat.” Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat di beranda.

Aku masuk ke dalam menyelesaikan makan malam. Setelah selesai, aku mengundang pria tua itu, kalau ia mau ikut makan. “Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat. Selesai dengan mencuci piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang terlampau besar untuk dijejalkan ke tubuhnya yang kecil ini.

Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka di tulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat! Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.

Saatnya tidur, kami bukakan ranjang lipat kain berkemah untuknya dikamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di veranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal disini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak di kursi.”Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu.”

Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat. Ketika ia datang lagi, ia tiba pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar. Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama beberapa tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya.

Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih. Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman dia menjadi makin bernilai…

Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang. “Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduh, celaka.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!” Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya,mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.

Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan [timum] yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula. Dalam hati aku berkata,”Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam didalam bejana terindah yang kumiliki.”

Tapi temanku merubah cara pikirku. “Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu,” ia coba terangkan, “dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya ditaman.”

Ia pastilah terheran-heran sendiri melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu disurga. “Hah, yang ini luar biasa bagusnya,” mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik hati itu.” Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu didalam badan kecil ini.” Semua ini sudah lama terjadi, dulu dan kini, didalam taman Allah, betapa tinggi mestinya berdirinya jiwa manis baik ini.

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7b)

Sahabat adalah istimewa sekali. Mereka membuatmu tersenyum dan mendorongmu jadi sukses. Mereka meminjamimu sebuah telinga dan berbagi suatu kata pujian. Tunjukkan kepada sahabat-sahabatmu betapa kamu mempedulikannya.. Buatlah seseorang tersenyum hari ini.

“Your failure is not a reason for GOD to stop loving you”

Sumber : imail
Silahkan klo mau share. Tuhan memberkati.